Hujan. Hal yang paling aku sukai
dan paling kubenci. Aku menengadahkan wajahku, membiarkan air membasuhnya. Aku
kembali mengingatmu. Kita disatukan saat hujan. Kita juga dipisahkan saat
hujan.
Aku
mencintaimu. Itulah yang kau katakan padaku kala itu. Aku tersenyum dan
mengangguk. Aku juga mencintaimu, jawabku ketika kau bertanya bagaimana
perasaanku padamu. Kau memelukku erat, seolah tak membiarkan aku pergi. Air hujan
membasahi kita karena kau melemparkan payung yang kau bawa begitu saja. Kau menangis
dan berkata bahwa kau tidak akan melepaskanku. Aku tersenyum dan menenggelamkan
wajahku di dadamu.
Ya,
begitulah kau mengutarakan perasaanmu padamu. Dua tahun kebersamaan kita tidak
pernah membuatku bosan sedikit pun denganmu. Aku semakin mencintaimu. Kita sering
bertengkar dan kau yang selalu mengalah. Hanya karena kita berbeda pendapat,
itu tidak berarti aku akan melepaskanmu. Maafkan aku, aku mencintaimu,
katamu saat itu. Aku terenyuh. Kau benar-benar mengambil hatiku.
Tapi,
kemana kata-kata manismu yang dulu selalu buatku? Kemana dirimu yang selalu
mencintaiku? Kemana janjimu yang mengatakan kau takkan meninggalkanku? Aku benci
kamu. Setelah semua kata-kata romantis teruntai hanya untukku. Setelah cinta
yang kau berikan padaku. Kau hanya meninggalkan janji yang tak mungkin akan kau
tepati.
Kau
pergi. Aku sendiri. Kau tak pernah tahu bagaimana aku menangisimu setiap malam
setiap mengingatmu. Kau tak pernah tahu ketika aku terisak saat melihat segala
yang telah kau berikan padaku. Cinta. Kau memberikan semua itu padaku. Tapi buat
apa aku mendapatkan cintamu saat aku tahu kau tak lagi di sampingku?

Tahukah
kau? Bahwa aku masih terus menunggumu disini. Di tempat kau memilikiku
sekaligus tempat kau melepaskanku? Tahukah kau? Bahwa aku masih berharap kau
menungguku disini sambil berkata, “Aku kembali.” ?
Kau
tak pernah tahu dan tidak akan pernah tahu. Aku masih sangat
mencintaiku. Tolong, kembalilah padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar