The Magnum :3
Fashion atau Gaya
Hari ini masih
hari minggu. Memang sudah siang, tapi tak menyurutkan minat gadis ini untuk
shopping sepuasnya. Disinilah dia sekarang, di pasar yang menjual berbagai
macam pakaian batik. Pasar Klewer. Ya, itulah nama pasar ini, bukan nama gadis
itu. Pasar Klewer memang selalu ramai dikunjungi, terutama hari minggu seperti
ini.
“Ya ampun, gue
rela desak-desakkan kayak gini, yang penting dapet baju bagus ! O, iya ! Hampir
aja lupa beliin baju buat Ify, Sivia, sama Agni !” serunya. Ya, kalian juga
pasti sudah bisa menebak siapa gadis ini. Siapa lagi kalau bukan Prissy si
Shoppaholic.
Prissy
bolak-balik kesana-kemari untuk mencari baju yang ‘pas’ dengan fashionnya.
Ya, fashionlah yang terpenting buatnya. Prissy memakai blus merah dan
rok sedikit di atas lutut, juga high heels merah yang menurut
orang-orang solo tinggi.
“Buk, yang ini
harganya berapa ?” tanya Prissy pada seorang pedagang.
“50.000, mbak.”
Kata bu pedagang. Kita panggil Bu Klewer.
“30.000 deh,
bukk !” tawar Prissy. Ya, Prissy memang pandai menawar.
“Nggak bisa,
mbak . 45.000 udah pas, nggak bisa turun lagi . Nanti saya nggak dapat batik
dong, mbak .” kata Bu Klewer.
“40.000, saya
ambil 10 .” ujar Prissy. Ibu itu berpikir sejenak.
“Yaudah deh,
mbak . Nggak pa-pa .” kata Bu Painem. Prissy pun memberikan 4 lembar uang
berwarna merah.
“Gila ! Perasaan
tadi masih dikit deh. Kenapa tiba-tiba jadi banyak gini, ya ?” pikir Prissy. Prissy
tak menyadari kalau ia sudah belanja banyak sekali.Akhirnya, Prissy pun membawa
belanjaannya itu sampai kewalahan.
“Boleh gue
bantu ?” tawar seseorang. Prissy melihat orang itu, seorang cowok. Hitam manis.
Senyumnya.
“Boleh boleh .
Makasih, ya.” Kata Prissy. Cowok itu mengambil alih belanjaan Prissy. Mungkin
ia bertanya-tanya beli-apa-aja-sampai-banyak-gini?
“Shoppaholic
atau emang model ?” tanyanya sambil berjalan keluar diikuti Prissy
disampingnya.
“Dua-duanya .
Kok bisa nebak gitu ? peramal, ya ?”
“Hahaha ..
Nggak lah . Masak tampang cakep kayak gini peramal . Gue juga model kali .”
“Yang bener ?
Demi apa ?”
“Iya, emang
kenapa ? Ada yang salah ?”
“Kok fashionnya
kayak gini ?” Prissy melirik cowok itu dari atas ke bawah lalu ke atas lagi. Cowok
itu hanya memakai kaos oblong dan celana pendek yang dilengkapi dengan sandal
jepit.
“Yeee ..
Suka-suka gue dong ! Menurut gue ni, ya .. Fashion itu mah nggak terlalu
penting . Yang paling penting itu gayanya . Kalau fashionnya udah bagus, tapi
gayanya jelek, percuma dong !”
“Tapi, kalo
gayanya bagus, tapi fashionnya kayak gembel kan percuma .”
“Oh .. Jadi loe
bilang gue gembel nih ceritanya ?”
“Eh .. eh ..
bukan gitu maksud gue. Ya kan lebih baik dua-duanya ada gitu .”
“Iya . iya .
Nama loe siapa ?”
“Prissy. loe ?”
“Gue Gabriel .
Panggil aja Iel .” kata cowok yang ternyata bernama Iel itu. Mereka kembali
berbincang-bincang, sampai tiba-tiba ..
BRUUUK !
“Aww . .” rintih
Prissy karena terjatuh. Iel menaruh belanjaan Prissy, lalu memegang pergelangan
kaki Prissy.
“Aww .. Sakit
Iel !”
“Loe juga, sih
! Masak ke pasar pakai high heels ? Gapapa kok . Cuma kesleo doang.” Ujar Iel.
“Kan gue nggak
tau kalau licin gini . Tapi, gue nggak bisa jalan, Yel !”
Iel berdiri
lagi, tapi membelakangi Prissy. Lalu ia berjongkok. Prissy tak mengerti dan
hanya menaikkan sebelah alisnya. Iel tahu ketidak tahuan Prissy.
“Nggak kuat
jalan, kan ?” tanya Iel. Prissy mengangguk.
“Ayo gue
gendong !” ujar Iel.
“Lah, gue kan
berat. Loe juga masih bawa belanjaan gue !” tolak Prissy. Iel hanya tersenyum
manis. Maniiiissss banget.
“Udah nggak
pa-pa . Daripada gue masuk penjara gara-gara nelantarin loe . hahah ..” Prissy
pun tersenyum dan naik ke punggung Iel.
Iel pun
menggendong Prissy keluar dari Pasar Klewer. Nampaknya badan Prissy berat,
apalagi di tambah dengan belanjaan Prissy yang bejibun. Orang-orang di sekitar
Pasar Klewer mamandang mereka dengan tatapan ingin tahu. Bahkan tak sedikit
dari mereka yang menduga bahwa Iel dan Prissy adalah sepasang kekasih.
“Berat, ya ?”
tanya Prissy.
“Berat sih.
Heheh . Loe udah makan belum ?”
“Belum .” Prissy
menggeleng.
“Makan dulu, ya
?”
“Iya.”
Mereka berdua
berjalan menuju sebuah kedai makanan. Tak peduli banyak pasang mata yang
memperhatikan merekan. Mereka tetap cuek. Iel dan Prissy mengobrol banyak saat
perjalanan mereka menuju kedai.
Setelah
beberapa lama, akhirnya mereka sampai dan Iel pun menurunkan Prissy. Prissy
duduk di kursi. Iel memanggil mbak-mbak pelayan untuk memesan makanan.
“Loe mau pesen
apa, Pris ?” tanya Iel.
“Nasi goreng
sama es teh aja.” Jawab Prissy.
“Yaudah, mbak.
Nasi goreng sama es tehnya 2, ya !” kata Iel pada mbak pelayan. mbak pelayan
langsung pergi untuk menyiapkan pesanan Prissy dan Iel.
“Masih sakit ?”
Tanya Iel.
“Masih dikit,
sih . Tapi, udah berkurang kok dari yang tadi .” jawab Prissy.
“Syukur deh ..”
“Makasih ya,
Yel !” ujar Prissy.
“Ur well,
cantik J”
kata Iel. Prissy tersipu di panggil ‘cantik’.
“Panas ya, Pris?
Kok muka loe merah gitu?” goda Iel.
“Apaan sih, Yel?
Nggak lucu deh.” Prissy tambah blushing.
“Hahahah ..
Tambah merah tuh!“
“Ahh .. Iel mah
gitu.“ kata Prissy pura-pura ngambek.
“Hahahah .. Si
Cantik marah nih .” goda Iel lagi.
“Ah bodo ! Kaki
gue masih sakit !” seru Prissy.
“Salah loe
sendiri, kan ? Fashion nggak liat tempat . Emang gimanapun fashionnya, kalo
tampang mendukung sama aja. Kayak gue nih .. Hahah . .” narsis Iel.
“Yeee .. Narsis
. Gue mah mau nggaya gimana aja juga tetep cantik !”
“Yaudah .. Gaya
orang gila sono. Hahahah.” ledek Iel.
“Iiihh .. Nggak
gitu juga kali.“
“Hahahah ..
Piss lope, Pris.”
Mbak pelayan
pun datang menghentikan perbincangan mereka dengan membawa 2 piring nasi goreng
dan 2 gelas es. Mereka segera memakannya dan melanjutkan mengobrol.
“Rumah loe
dimana ?” tanya Iel.
“Di komplek
oreo vanilla.” Jawab Prissy sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.
“Wahh .. Deket
dong ! Rumah gue di komplek oreo strawberry. Pulang gue anter, ya ?” tawar Iel.
“Nggak
ngrepotin, nih ?”
“Nggak kok .
Kalo ngrepotin, kenapa gue nawarin loe ?”
“Hahah .. Iya
juga, ya ? Boleh deh kalo gitu .”
“Loe udah bisa
jalan, kan ?” tanya Iel.
“Udah deh,
walaupun masih agak pincang .”
“Yaudah, gue
bayar dulu makanannya.” Kata Iel.
“Hahah .. Makan
gratis.”
Iel pun menuju
ke kasir untuk membayar makanannya. Ia kembali menghampiri Prissy dan membawa
belanjaannya.
“Yaudah, yukk
!” ajak Iel. Prissy mengikuti Iel. Ia berjalan dengan agak pincang.
***
Iel dan Prissy
sudah berada di X-over milik. barang-barang bawaan Prissy sudah berada di
bagasi semua. Hari sudah semakin sore. Dalam hangatnya kebersamaan itu, mereka
banyak mengobrol mengenal satu sama lain. Ya, nyambung bukan ? pembicaraan
antara model ?
“Shill, udah
pernah baca bukunya kak Indi yang ‘Karena Cinta itu Sempurna’ ?” tanya
Iel.
“Udah. Emang
kenapa?” tanya Prissy balik.
“Yang paling
kamu suka bagian yang mana ?”
“Waktu Kak Indi
jadi model, padahal dia mengidap scoliosis. Terus dia bilang ‘Jangan bilang
kalau model itu bodoh, karena jadi model itu adalah hal yang sulit.’ Kalo
loe ?”
“Waktu Kak Indi
jadi designer terus waktu di tanyain, baju bagaimana yang cocok untuk pengidap
scoliosis, dia jawab ‘Pakai saja apapun yg kalian mau.”
“’Jika
kalian bercermin dan melihat diri kalian pantas saat memakai baju tersebut,
maka memang begitulah kenyataannya.’” Lanjut Prissy.
“Tau nggak aku
paling sedih waktu Mika meninggal . Tegar banget, ya Kak Indi ?” tanya Prissy.
“Iya. Iya.
Nggak kebayang deh jadi Kak Indi, padahal udah lama banget pacaran sama Mika,
tapi ternyata Mika kena HIV/AIDS .” ujar Iel.
Ya, begitulah .
mereka berdua malah membicarakan novel berjudul ‘Karena Cinta Itu Sempurna
..’ yang ceritanya memang dapat menyita perhatian orang-orang yang membaca.
Banyak mengajarkan arti penting hidup ini. Perjuangan melawan penyakit
scoliosis berat, tapi tak pernah menyerah.
‘Sugar, seberat
dan seburuk apapun kejadian yang pernah kamu alami. Kamu harus percaya suatu
hari nanti semuanya akan menjadi pengalaman berharga bagimu. Bahkan jika itu
sampai membuatmu bersedih dan menangis.’-Mika.
***